Posted: 24 Nov 2011 09:47 PM PST
Metode
Pembelajaran Kooperatif Model GI (Group Investigation)
Model ini merupakan
suatu model yang sangat terstruktur dengan enam tahapan pelaksanaan khusus.
Keterlibatan siswa terdapat di dalam setiap tahapan mulai dari pemilihan
topik hingga evaluasi belajar siswa.
Tahap 1. Indentifikasi
topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok.
1.
Para siswa memeriksa sumber belajar, mengusulkan topik dan
mengkategorikan saran-saran.
2.
Para siswa bergabung ke dalam kelompok mempelajari topik pilihan mereka.
3.
Komposisi membantu didasarkan kepada minat dan heterogen.
4.
Guru membantu dan mengumpulkan informasi dan memudahkan organisasi.
Tahap 2. Merencanakan
tugas belajar
Para siswa menyusun
rencana bersama.
Tahap 3. Melakukan
penyelidikan
1.
Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan mengambil
kesimpulan.
2.
Setiap anggota kelompok berkintribusi terhadap upaya kelompok.
3.
Para siswa saling bertukar gagasan, berdiskusi, dan melakukan
klarifikasi.
Tahap 4. Mempersiapkan
laporan akhir
1.
Setiap anggota menentukan pesan pokok dan proyek mereka.
2.
Setiap anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan.
3.
Perwakilan kelompok membentuk bagian pengendali untuk mengkoordinasikan
rencana penyajian.
Tahap 5. Menyajikan
laporan akhir
1.
Presentasi dibuat dalam bentuk yang bervasiasi.
2.
Pendengar menilai kejelasan penyajian berdasarkan kriteria yang
ditentukan sebelumnya oleh keseluruhan anggota kelas.
Tahap 6. Evaluasi
1.
Para siswa berbagi umpan balik tentang topik, pekerjaan yang telah
dilakukan, dan pengalaman afektifnya.
2.
Guru dan siswa bekerjasama menilai belajar siswa.
3.
Penilaian belajar hendaknya menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi.
|
Posted: 24 Nov 2011
09:47 PM PST
Metode Ceramah
1. Pengertian
Metode ceramah terkadang disebut sebagai metode kuliah, dapat juga
disebut metode deskripsi. Sesuai dengan namanya, berceramah dipergunakan
sebagai metode mengajar.
Sedangkan menurut Hasibuan dan Mudjiono (1981), metode ceramah adalah
cara penyampain bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.
Jadi metode ceramah adalah metode belajar yang digunakan untuk
menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan rumusan metode belajar mengajar.
Penggunaan metode ceramah secara terus menerus dalam proses belajar kurang
tepat karena dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa.
Gambaran pengajaran dengan pendekatan ceramah adalah sebagai berikut;
guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, definisi dan rumus diberikannya,
contoh-contoh soal diberikan dan dekerjakan sendiri oleh guru,
langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa.
2. Kebaikan Metode Ceramah
1.
Dapat menamung kelas besar dan
tidap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan. Oleh karenanya
biaya yang diperluan lebih murah.
2.
Bahan pelajaran dapat diberikan
secara urut, ide atau konsep dapat direncanakan dengan baik.
3.
Guru dapat menekankan hal-hal yang
penting, sehingga waktu dan energi dapat digunakan sehemat mungkin.
4.
Isi silabus dapat dilakukan
menurut jadwal, karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar
siswa.
5.
Kekurangan atau tidak adanya buku
pelajaran dan alat Bantu pelajaran tidak menghambat jalanya pelajaran.
3. Kelemahan Metode Ceramah
1.
Pelajaran berjalan membosankan
siswa karena mereka tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep
yang diajarkan.
2.
Siswa menjadi pasih hanay aktif
membuat catatan saja.
3.
Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan
dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
4.
Pengetahuan yang diperoleh melalui
ceramah lebih cepat terlupakan.
5.
Ceramah menyebabkan system belajar
siswa menjadi “belajar menghafal” dan tidak mengacu pada timbulnya
pengertian.
4. Peranan Siswa
dalamMetode Ceramah
Walaupun dalam metode ini, seluruh kegiatan didominasi oleh guru, siswa
juga berperan dalam metode ceramah yaitu;
1.
Mengadakan interpretasi terhadap
keterangan guru.
2.
Mendengarkan dan memperhatikan
dengan baik keterangan guru.
3.
Mengadakan asimilasi, apabila
tidak ada interpertasi yang benar.
4.
Mengadakan pencatatan yang
diperlukan
5. Peranan Guru Dalam Metode
Ceramah
Dalam metode ceramah, peran utama adalah gru. Karena pelaksanaan metode
ceramah merupakan komunikasi satu arah, dalam arti guru mendominasi seluruh
kegiatan belajra mengajar. Berhasil tidaknya metode ceramah tergantung
sebagian besar pada guru. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru.
1.
Satuan bahan pelajaran apa yang disajikan
pada siswa.
2.
Bagaimana menyajikan satuan bahan
pelajaran tersebut.
3.
Alat-alat apa yang digunakan oleh
guru tersebut.
6. Sepuluh Saran Untuk
Mengefektifkan Pengajaran Dengan Ceramah
Berceramah merupakan salah satu dari metode pengajaran yang paling lama
digunakan, namun apakah metode semacam ini memiliki tempat dalam lingkungan
belajar aktif? Karema terlalu sering digunakan, metode ceramah tidak akan
mengantarkan pada pembelajaran, namun ada kalanya cara ini bisa efektif. Agar
bisa efektif, guru harus terlebih dahulu membangkitkan minat, memaksimalkan
pemahaman dan pengingatan, melibatkan siswa selama penceramahan, dan
menekankan kembali apa yang telah disajikan. Berikut adalah sejumlah pilihan
untuk melakukan hal itu.
a. Membangkitkan Minat
- Paparkan kisah atau
tayangan menarik: Sajikan anekdot yang relevan, kisah fiksi, kartun, atau
gambar grafis yang bisa menarik perhatian siswa terhadap apa yang akan anda
ajaran.
- Ajuan soal cerita:
Ajukan soal yang nantinya akan menjadikan sajian dalam ceramah pengajaran.
- Pertanyaan penguji:
Ajukan pertanyaan kepada siswa (sekalipun mereka baru sedikit memiliki
pengetahuan tentang mata pelajaran) agau mereka termotivasi untuk
mendengarkan ceramah dalam rangka mendapatkan jawabannya.
b. Memaksimalkan Pemahaman dan Pengingatan
- Headline/kepala berita:
Susunlah kembali poin-poin utama dalam ceramah menjadi kata-kata kunci yang
berfungsi sebagai subjudul verbal atau bantuan mengingat.
- Contoh dan analogi: Berikan
gambaran nyata tentang gagasan dalam perencanaan dan, jika memungkinkan,
buatlah perbandingan antara materi dengan pengetahuan dan pengalaman yang
siswa miliki.
- Cadangan visual:
Gunakan grafik lipat, transparansi, buku pegangan dan peragan yang
memungkinkan siswa melihat dan mendengar apa yang guru katakan.
c. Melibatkan Siswa Perceramahan
- Tantangan kecil:
Lakukan interupsi ceramah secara berkala dan tantanglah siswa untuk
memberikan contoh tentang konsep-konsep yang telah disajikan selama ini atau
untuk menjawab pertanyaan kuis ringan.
- Latihan yang
memperjelas: Selama menyajikan materi selingilah dengan kegiatan yang
memperjelas hal-hal yang disampaikan.
d. Memperkuat Apa yang Telah Disampaikan
- Soal penerangan: Ajukan
masalah atau pertanyaan untuk dipecahkan oleh siswa berdasarkan informasi
yang disampaikan selama pengajaran.
- Tinjauan siswa:
Perintahkan siswa untuk meninjau tes dari penyampaian pelajaran kepada sesama
siswa, atau berilah mereka tes penilaian diri.
|
Posted: 24 Nov 2011
09:46 PM PST
Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas
Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-Based Learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan
belajar siswa disain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap
masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata
pelajaran, dan melaksanakan tugas bermana lainnya. Pendekatan ini
memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya
dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).
Siswa diberikan tugas/proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi
realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secekupnya agar mereka
dapat menyelesaikan tugas mereka (bukan diajar sedikit demi sedikit
komponen-komponen suatu tugas kompleks yang padu suatu diharapkan akan
terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks
tersebut). Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di
kelas seperti proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, menulis untuk
disajikan kepada forum pendengar yang sesungguhnya, dan tugas-tugas autentik
lainnya. Istilah situated learning (Prawat, 1992) digunakan untuk
menggambarkan pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyata, tugas-tugas
outentik/asli yang sebenarnya.
Tidak memandang apakah suatu tugas harus dikerjaklan sebagai pekerjaan
kelas atau sebagai pekerjaan rumah, empat prinsip berikut ini akan membantu
siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
1.
Membuat tugas bermakna, jelas, dan
menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka
menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap
terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan
minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila
tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah
mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang
jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan,
mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk
menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama
pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi
tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada
tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat.
Sebaliknya, guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh
guru dpat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepad siswa di mana menulis
nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementar
petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan” adalah penting guru tidak
menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan
proses-proses pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas,
guru hendaknya mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian
menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
1.
Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik
tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap
terlibata dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi
dan menarik daripada rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan
cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas beljar dan
strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam hati, laporan
proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam
cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak
terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama
dari hari ke hari.
1.
Menaruh Perhatian pada Tingkat
Kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan
kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan
berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas tersebut.
Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tesebut
sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil
tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru
terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang
tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat
kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang
menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan
pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
1.
Memonitor Kemajuan Siswa
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan
untuk mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-proses
kognitif yang telibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan pekerjaan
siswa dan mengembalikan tugas dengan umpan balik. Pad saat beberfapa siswa
diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain.a
dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di
antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah mereka memahami tugas
tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok-kelompok
tersebut secara bergantian dan berkeliling di antara siswa yang bekerja
secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru
mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda mereka dengan
umpan balik.
|
Posted: 24 Nov 2011
09:45 PM PST
Metode Belajar Aktif Model Tinjauan Ala
Permainan Bingo
1. Uraian Singkat
Strategi ini membantu mengingatkan kembali akan istilah-istilah yang
telah siswa pelajari selama menempuh mata pelajaran. Strategi ini menggunakan
format permainan Bingo.
2. Prosedur
1.
Susunlah sejumlah 24 atau 25
pertanyan tentang materi pelajaran anda yang bisa dijawab dengan istilah baku
yang digunakan dalam mata pelajaran anda. Berikut adalah beberapa contoh
istilahnya.
- Angka penyebut yang paling
sedikit
- Hieroglifik
- Inflasi
- Otokrasi
- Database
- Hokum humurabi
- Byte
- Garis lintang
- Impresionisme
- Alegori
- Fotosintesa
- Bilangan urutan
- Skozofrenia
- Klausa pengadaian
Anda juga dapat menggunakannama, sebagai alternative dari istilah.
Berikut adalah beberapa contohnya:
- Freud
- Caesar
- Blake
- Roosevelt
- Marco Polo
- Joan of Arc
- Dewey
- Pasteur
- Van Gogh
- Curie
- Chaucer
- Rusself
- Alley
1.
Sortirlah pertanyaan menjadi lima
tumpukan. Labeli tiap tumpukan denga huruh B-I-N-G-O…… kartu Bingo untuk tiap
siswa. Kartu ini mesti mirip betul dengan kartu Bingo biasa, dengan
nomor-nomor dalam tiap 24 celah dalam matrik 5 x 5 (celah tengah
“Kosong.”)
2.
Bacalah sebuah pertanyaan dengan
angka yang terkait. Jika seorang siswa memiliki angkanya dan dia dapat
menuliskan jawabannya dengan benar, maka dia dapat mengisi celah tersebut.
3.
Bila seorang siswa mencapai lima
jawaban benar dalam sebuah deretan (baik vertical, horizontal maupun
diagonal), siswa tersebut boleh meneriakkan “Bingo”. Permainan dapat
diteruskan hingga ke 25 celah tersebut terisi.
3. Variasi
1.
Sediakan hadiah yang tidak mahal,
semisal sebungkus coklat, bila siswa mendapatkan Bingo.
2.
Buatlah kartu yang memiliki
sel-sel yang sebelumnya diisi dengan 24 istilah utama (plus sel “kosong” di
tengahnya). Ketika sebuah pertanyaan dibacakan, jika siswa yakinbahwa salah
satu dari jawaban pada kartu itu cocok dengan pertanyaan tersebut, dia bisa
menuliskan nomor pertanyaanya di sampingnya.
|
Posted: 24 Nov 2011
09:45 PM PST
Pengajaran Berbasis Masalah
Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu
pandekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran.
Pengajaran masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi
dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana
belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (200: 2)), “Pengajaran berbasis masalah
dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teacihg (Pembelajaran Proyek),Experienced-Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentik), dan Achoered Instruction (Pembelajaran
berakar pada kehidupan nyata)”.
Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pengajaran
berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan
kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara
garis besar pengajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa
situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan ikuiri.
1.
Ciri-cirinya
|
||||||||||||
Berbagai pengembangan pengajaran berbasis masalah
telah mencoba menunjukkan cirri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai
berikut.
1. Pengajuan pertanyaa atau masalah.
Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan
prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan
masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang
kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
Mereka mengajukan situasi kehidipan nyata yang autentik, menghindari jawaban
sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi itu.
1. Berfokus pada keterkaitan antar
disiplin.
Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu Sosial), masalah
yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
1. Penyelidikan autentik.
Pengajaran berbasis masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari pemecahan masalah nyata. Mereka
harus menganalisasi dan mendefinisikan masalah, mengembankan hipotesis dan
membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), membuat iferensi, dan merumuskan kesimpulan.
Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada
masalah yang sesdang dipelajari.
1. Menghasilkan produk/karya dan
memamerkannya.
Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan
peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkrip debat, laporan, model
fisik, video atau program computer (Ibrahim & Nur, 200:5-7).
Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa
bekerja sama satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan
terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi
inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
keterampilan berpikir.
1. Tujuan Pembelajaran dan Hasil
Belajar
Pengajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran
berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar
tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman
nyata atau simulasi, dan menjadikan pembelajar yang otonom dan mandiri.
Uraian rinci terhdap ketiga tujuan itu dijelaskan lebih jauh oleh Ibrahim dan
Nur (2000:7-12) berikut ini.
1. Keteramplan Berpikir dan
Keterampilan Pemecahan Masalah
Berbagai macam ide telah digunakan untuk
menggambarkan cara seseorang berpikir. Tetapi, apakah sebenarnya yang
terlibat dalam proses berpikir? Apakah keterampilan berpikir itu dan terutama
apakah keterampilan berpikir itu?
- Berpikir
adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi,
klasifikasi, dan penalaran.
- Berpikir
adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) objek nyata dan
kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemuan
prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian itu untuk menemukan
prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian itu. Pernyataan simbolik
(abstrak) seperti itu biasanya berbeda dengan operasi mental yang didasarkan
pada tingkat konkret dari fakta dan kasus khusus.
- Berpikir
adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan
berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama.
Tentang berpikir tingkat tinggi, Resnick (1987)
memberikan penjelasan sebagai berikut:
- Berpikir
tingkat tinggi adalah nonalgoritmik, yaitu alur tindakan yang tidak
sepenuhnya dapat diterapan sebelumnya.
- Berpikir
tingkat tinggi cenderung kompleks. Keseluruhan alurnya tidak dapat
diamati dari satu sudut pandang.
- Berpikir
tingkat tinggi sering kali menghasilkan banyak solusi, masing-masing
dengan keuntungan dan kerugian.
- Berpikir
tingkat tinggi melibatkan pertimbangan dan interpretasi.
- Berpikir
tingkat tinggi melibatkan ketidakpastian. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan tugas tidak selamanya diketahui.
- Berpikir
tingkat tinggi melibatkan banyak penerapan banya kriteria, yang
kadang-kadang bertentangan satu sama lain.
- Berpikir
tingkat tinggi melibatkan banyak pengaturan diri tentang proses
berpikir. Kita tidak mengakui sebagai berpikir tingkat tinggi pada seseorang
jika ada orang lain membantunya pada setiap tahap.
- Berpikir
tingkat tinggi melibatkan pencarian makna, menemukan struktur pada keadaan
yang tampaknya tidak teratur.
- Berpikir
tingkat tinggi adalah kerja keras. Ada pengerahan kerja mental
besar-besaran saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangan yang
dibutuhkan.
Perlu dicatat bahwa Resnick menggunakan kata-kata dan
ungkapan sepertipertimbangan, pengaturan diri, pencarian makna, dan
ketidakpastian. Hal ini berarti bahwa proses berpikir dan keterampilan yang
perlu diaktifkan sangatlah kompleks. Resnick juga menekankan pentingnya
konteks atau keterkaitan pada saat berpikir tentan berpikir. Meskipun proses
memiliki beberapa kesamaan antarsituasi, proses itu juga bervarisai
bergantung pada apa yang dipikirkan seseorang. Sebagai contoh, proses yang
kita gunakan untuk memikirkan matematika berbeda dengan proses yang kita gunakan
untuk memikirkan puisi. Proses berpikir yang digunakan untuk memikirkan ide
abstrak berbeda dengan yang digunakan untuk memikirkan situasi kehidupan
nyata. Karena hakikat kekomplekan dan konteks dari keterampilan berpikir
tingkat tinggi, maka keterampilan itu tidak dapat diajarkan menggunakan
pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan yang lebih
konkret. Keterampilan proses dan berpikir tingkat tinggi bagaimanapun juga
jelas dapat diajarkan, dan kebanyakan program dan kurikulum dikembangkan
untuk tujuan ini sangat mendasarkan diri pada pendekatan yang sama dengan
pengajaran berbasis masalah.
1. Pemodelan Peran Orang Dewasa
Resnick juga memberikan rasional tentang bagaimana
pengajaran berbasis masalah membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi
kehidupan nyata dan belajar tentang pentingnya peran orang dewasa. Dalam
banyak hal pengajaran berbasis masalah bersesuaian dengan aktivitas mental di
luar sekolah sebagaimana yang diperankan oleh orang dewasa.
1. Pengajaran berbasis masalah memiliki
unsur-unsur belajar magang. Hal tersebut mendorong pengamatan dan dialog
dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran
penting dari aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah.
2. Pengajaran berbasis masalah melibatkan
siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan siswa
menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
pemahamannya tentang fenomena tersebut.
3. Pembelajaran yang Otonom dan
Mandiri
Pengajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa
menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang
berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan,
mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan
begitu, siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam
hidupnya.
1. Tahapan Pengajaran Berbasis
Masalah
Pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari
lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu
situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
1. Lingkungan Belajar dan Sistem
Manajemen
Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur
secara ketat yang dibutuhkan dalam pembelajaran langsung atau penggunaan yang
hati-hati kelompok kecil dalam pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar
dan system manajemen dalam pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh
sifatnya yang terbuka, ada proses demokrasi, dan peranan siswa yang aktif.
Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang terstruktur dan
dapat diprediksi dalam pengajaran berbasis masalah, norma di sekitar
pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat.
Lingkungan belajar menekankan peranan sentral siswa, bukan guru yang
ditekankan.
|
||||||||||||
Posted: 24 Nov 2011 09:44 PM PST
Pengajaran terarah
1. Uraian Singkat
Dalam teknik ini, guru mengajukan satu atau beberapa
pertanyaan untuk melacak pengetahuan siswa untuk mendapatkan hipotesiss atau
simpulan mereka dan kemudian memilah-milahnya menjadi sejumlah kategori.
Metoda pengajarann terarah merupakan selingan yangmengasyikkan di sela-sela
cara belajar biasa. Cara ini memungkinkan untuk mengetahui apa yang telah
diketahui dan dipahami oleh siswa sebelum memaparkan apa yang akan diajarkan.
Metodea ini sangat berguna dalam mengajarkan konsep-konsep yang abstrak.
2. Prosedur
a. Ajukan pertanyaan atau serangkaian
pertanyaan yang menjajaki pemikiran siswa dalam pengetahuan yang mereka
miliki. Gunakan pertanyaan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban.
b. Berikan waktu yang cukup kepada siswa
dalam pasangan atau kelompok untuk membahas jawaban mereka.
c. Perintahkan siswa untuk kembali ke
tampat masing-masing dan catatlah pendapat mereka. Jika memungkikan, seleksi
jawaban mereka menjadi beberapa kategori yang terkait dengan kategori atau
konsep yang berbeda/
d. Sajikan poin-poin pembelajaran utama
yang ingin anda ajarkan. Perintahkan siswa untuk menjelaskan kesesuaian
jawaban mereka dengan poin-poin ini. Catatlah gagasan yangmemberi iformasi
tambahan bagi poin pembelajaran dari pelajaran.
3. Variasi
a. Jangan memilah-milah jwaban siswa
menjadi daftar yang terpisah. Sebagai gantinya, buatlah satu daftar panjang
dan perintahkan merak untuk mengkategorikan gagasan mereka terlebih dahulu
sebelum anda membandingkannya dengan konsep yang ada idi pikran anda.
1. Mulailah pelajaran dengan tanpa
kategori yang sudah ada di benak anda. Cermati bagaimana siswa dan anda
secara bersama bisa memilah-milah gagasan-gagasan mereka menjadi kategori
yang berguna.
|
||||||||||||
Posted: 24 Nov 2011 09:43 PM PST
Cara Belajar Aktif Model Pencocokan Kartu Indeks
1. Uraian Singkat
Ini merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk
meninjau ulang materi pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk
berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada temannya.
2. Prosedur
a. Pada kartu indeks yang terpisah,
tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan di kelas. Buatlah krtu
pertanyaan dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah siswa.
b. Pada kartu yang terpisah, tulislah, tulisan
jawaban atas masing-masing pertanyaan itu.
c. Campurlah dua kumpulan kartu itu dan
kocoklah beberapa kali agar benar-benar tercampuraduk.
d. Berikansatu kartu untuk satu siswa.
Jelaskan bahwa ini merupakan latihan mencocokan. Sebagian siswa mendapatkan
pertanyaan tinjauan dan sebagian lain mendapatkan kartu jawabannya.
e. Perintahkan siswa untuk mencari
kartu pasangan mereka. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang
berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama. (Katakan pada mereka
untuk tidak mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada di kartu mereka).
f. Bila semua pasangan yang cocok
telah duduk bersama, perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis
kepada siswa yang lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan
menantang siswa lain untuk memberikan jawaban.
3. Variasi
a. Sususunlah kartu yang berisi sebuah
kalimat beberapa kata yang dihilangkan untuk dicocokkan dengan kartu yang
berisi kata-kata yang hilang itu misalnya, “Perubahan wujud dari berudu
mejadi katak disebut _________.”
1. Buatlah kartu yang berisi
pertanyaan-pertanyaan dengan beberapa kemungkinan jawabannya __ misalnya,
“cara pencernaan makanan pada hewan?”. Cocokkan kartu-kartu itu dengan kartu
yang berisi kumpulan jawaban yang relevan. Ketika tiap pasangan memberikan
kuis kepada kelompok, perintahkan mereka untuk mendapatkann beberapa jawaban
dari siswa lain.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar